“BERKACA DARI KASUS KEPULAUAN RIAU, KPK HARUS PERIKSA SELURUH PROYEK REKLAMASI DI INDONESIA”
KIARA, 12 Juli 2019 –Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia kembali melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, Nurdin Basirun atas dugaan korupsi izin lokasi rencana megaproyek reklamasi Gurindam 12 di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Padahal proyek reklamasi ini tidak masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2020.
Pusat Data dan Informasi KIARA mencatat total dana yang dibutuhkan untuk proyek ini mencapai Rp 886 miliar dan pembiayaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Adapun rincian anggaran khusus yang dikucurkan untuk proyek reklamasi ini sebesar Rp 487,9 miliar pada 2018, Rp 179 miliar pada 2019, dan Rp 220 miliar pada 2020.
Susan Herawati, Sekretaris Jenderal KIARA meminta KPK mengusut tuntas praktik korupsi perizinan reklamasi di Provinsi Kepulauan Riau ini, mulai dari unsur pemerintah, pengembang, sekaligus sejumlah perusahaan yang terlibat dalam pertambangan pasir di kawasan ini. “Banyak pihak terlibat dalam kasus ini. KPK jangan membiarkan satu pihak pun lolos. Semuanya mesti disanksi, mulai dari Gubernur sampai dengan perusahaan pengembang dan penambang pasir,” ungkapnya.
Ironinya, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sedang mendorong pengesahan Peraturan Daerah (PERDA) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) untuk dibahas di Paripurna DPRD Kepri. Di dalam Draft Perda RZWP3K tersebut ada beberapa pihak yang mengajukan izin pemanfaatan laut untuk proyek reklamasi agar diakomodir di dalam RZWP3K.
Lebih lanjut, Susan menyebut sejumlah perusahaan yang selama ini terlibat dalam aktivitas reklamasi di Kepulauan Riau, yaitu: PT Guna Karya Nusantara, PT Mitra Tama Daya Alam Bintan, PT Bukit Lintang Karimun, PT Kim Jaya Utama, PT Indospora Bumi Persada, PT Yuliana Jaya, PT Combol Bahari Perkasa, PT Merak Karimun Lestari, dan PT Sarana Trans Sejahtera. “KPK harus memeriksa semua perusahaan ini,” pintanya.
Di sisi lain, KPK juga harus mengambil sikap tegas kepada oknum yang turut tertangkap tangan yaitu Edy Sofyan selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemprov Kepri dan Budi Hartono sebagai Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Pemprov Kepri.
“KKP dan DKP adalah rumah bagi nelayan dan perempuan nelayan Indonesa. Dengan terlibatnya kepala Dinas Kelautan Perikanan Pemprov KEPRI dalam OTT ini sebenarnya menjadi preseden buruk bagi Indonesia. KKP sibuk menangkap pencuri ikan di laut Indonesia, pada saat bersamaan, kedaulatan kita juga dicuri dari dalam oleh oknum-oknum di dalam rumah kita sendiri. Laut dijual beli untuk kepentingan segelintir oknum, ini harusnya menjadi catatan bagi KKP khususnya” Tambah Susan.
Susan mengingatkan, praktik reklamasi di Kepulauan Riau bukanlah hal baru. Faktanya, telah sejak lama, sejumlah pihak di provinsi ini terlibat penjualan pasir untuk proyek reklamasi di Singapura. Sepanjang 24 tahun (1978-2002) praktik pengerukan pasir telah menimbulkan banyak kerugian, bukan saja aspek teritorial tapi juga ekonomi, perdagangan dan lingkungan hidup. “Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat, kerugian yang dialami Indonesia mencapai 42,38 miliar dolar Singapura atau Rp237 triliun akibat penambangan pasir untuk reklamasi di Singapura,” ungkapnya.
Belajar dari kasus reklamasi Kepulauan Riau, Susan meminta KPK memeriksa seluruh proyek reklamasi di Indonesia yang tercatat lebih dari 40 lokasi di kawasan pesisir Indonesia. “Pada tahun 2018, KIARA mencatat proyek reklamasi tersebar di 41 kawasan pesisir Indonesia. Ada banyak persoalan dalam proyek ini, mulai dari penyuapan, pelanggaran hukum, perusakan lingkungan, penghilangan mata pencaharaian nelayan, pencemaran laut, dan lain sebagainya. Dengan kewenangannya, KPK harus memeriksa seluruh proyek ini,” tegasnya.
Penangkapan Gubernur Kepulauan Riau merupakan pesan kepada seluruh pemerintah daerah di Indonesia supaya tidak bermain-main dengan perizinan reklamasi yang saat ini massif diberikan. “Ini adalah pesan penting untuk seluruh kepala daerah supaya tidak mudah mengobral perizinan reklamasi,” pungkas Susan. (*)
LAMPIRAN 1. SEBARAN PROYEK REKLAMASI DI INDONESIA
No | Nama Lokasi | Kota/Kabupaten | Provinsi | Luasan (Ha) | Jumlah Keluarga
Nelayan Terdampak |
1 |
Pesisir Pulau
Serangan |
Denpasar |
Bali |
379 |
691 |
2 | Teluk Benoa | Badung | Bali | 700 | 260.387 |
3 |
Pesisir Pantai
kota Bandar Lampung |
Lampung |
Bandar Lampung |
1.447 |
192.708 |
4 |
Teluk
Tangerang |
Tangerang |
Banten |
9.000 |
1.800 |
5 | Teluk Jakarta | Jakarta Utara | DKI Jakarta | 5.153 | 25.000 |
6 |
Pantai Marina |
Semarang |
Jawa
Tengah |
200 |
1.600 |
7 | Pantai Gresik | Jawa Timur | Jawa Timur | 2.000 | 12.000 |
8 |
Pantai Kenjeran |
Surabaya |
Jawa Timur |
320 |
2.753 |
9 |
Pesisir
Lamongan |
Lamongan |
Jawa Timur |
62 |
22.730 |
10 |
Pesisir Surabaya (Perluasan Bandara
Djuanda) |
Sidoarjo |
Jawa Timur |
4.000 |
1.113 |
11 |
Pantai Balikpapan |
Balikpapan |
Kalimantan Timur |
484 |
1.800 |
12 |
Pesisir Pulau
Sebatik |
Kalimantan Utara |
Kalimantan
Utara |
600 |
20.322 |
13 |
Pantai Batam |
Kepulauan Riau |
Kepulauan
Riau |
747 |
5.656 |
14 |
Pantai Bintan |
Kepulauan Riau |
Kepulauan Riau |
3 |
1.478 |
15 |
Pesisir Pulau
Karimun |
Kepulauan Riau |
Kepulauan
Riau |
2 |
3.578 |
16 |
Pesisir Pulau Nipah |
Pulau Nipah |
Kepulauan Riau |
10 |
100 |
17 |
Pantai
Kalumata |
Ternate |
Maluku
Utara |
24 |
651 |
18 |
Pantai Swering |
Ternate |
Maluku Utara |
38,33 |
34.582 |
19 |
Pantai Daruba |
Pulau Morotai |
Maluku
Utara |
17,5 |
596 |
20 |
Pantai Bima |
Nusa Tenggara Barat |
Nusa Tenggara
Barat |
46,25 |
1.266 |
21 |
Pantai Balauring |
Lembata |
Nusa
Tenggara Timur |
1.875 |
175 |
22 |
Teluk Kupang |
Kota Kupang |
Nusa Tenggara
Timur |
2.000 |
1.700 |
23 |
Pesisir Alok |
Sikka |
Nusa
Tenggara Timur |
6 |
989 |
24 |
Pantai Sorong |
Kota Sorong |
Papua
Barat |
25 |
40.554 |
25 |
Pantai
Manakarra |
Kab. Mamuju |
Sulawesi
Barat |
12 |
20.454 |
26 |
Ajungan
Pantai Losari |
Makasar |
Sulawesi
Selatan |
4.000 |
4.690 |
27 |
CPI Makasar |
Makasar |
Sulawesi Selatan |
4.500 |
4.690 |
28 |
Pantai Buloa |
Makasar |
Sulawesi
Selatan |
250 |
109 |
29 |
Pantai Bulukumba |
Kab. Bulukumba |
Sulawesi Selatan |
62,28 |
3.133 |
30 |
Pantai Toli-toli |
Kab. Tolitoli |
Sulawesi
Tengah |
8,9 |
2.472 |
31 |
Teluk Palu |
Kota Palu |
Sulawesi
Tengah |
200 |
2.000 |
32 |
Blok Donggala |
Kab. Donggala |
Sulawesi Tengah |
36.635 |
9.629 |
33 |
Pantai kalasey |
Kab. Minahasa |
Sulawesi
Utara |
179,7 |
153 |
34 |
Pesisir Kema |
Kab. Minahasa Utara | Sulawesi Utara |
1.000 |
1.820 |
35 |
Teluk Manado |
Kota Manado |
Sulawesi
Utara |
271,3 |
29.500 |
36 |
Pesisir Pantai Girian-
Tanjung Merah |
Kota Bitung |
Sulawesi Utara |
534 |
14.144 |
37 |
Pantai Alar
Pondang |
Minahasa Selatan |
Sulawesi
Utara |
1 |
– |
38 |
Padang City
Bay |
Kota Padang |
Sumatera
Barat |
62 |
16.000 |
39 |
Tanjung Carat |
Kab. Banyu Asin |
Sumatera Selatan |
2.918 |
530 |
40 |
Kuala Tanjung |
Kab. Batubara |
Sumatera Utara |
200 |
2.121 |
41 |
Pantai Olo Belawan |
Medan |
Sumatera Utara |
50,17 |
1.689 |
Jumlah |
79.348 |
747.363 |
Informasi lebih lanjut:
Susan Herawati, Sekretaris Jenderal KIARA, +62 821-1172-7050