Tutur Perempuan Nelayan Untuk Menjaga Laut Indonesia
Tutur Perempuan Nelayan Untuk Menjaga Laut Indonesia
Sekapur Sirih
Sebuah Ode untuk Kegigihan dan Ketaguhan Perempuan Pesisir
Dalam lanskap sejarah yang didominasi oleh narasi para pemenang dan patriakis, perjuangan perempuan, khususnya yang berasal dari pesisir, sering kali terabaikan. Namun, di tengah gemuruh ombak Laut Nanggroe, terdapat satu figur luar biasa yang gagah berani—Laksamana Malahayati. Namanya mungkin kurang dikenal di antara kita meski dia telah dinobatkan menjadi salah satu pahlawan nasional kita, tapi satu hal, dia adalah seorang Laksamana Kapal Perang, pemimpin perlawanan melawan kolonialisme dan ketidakdilan melalui laut Nanggroe Aceh Darussalam, dan menolak untuk tunduk.
Di ufuk timur Indonesia, juga ada pejuang kemerdekaan di wilayah pesisir Nusalaut, Maluku Tengah, yaitu Martha Christina Tiahahu. Anak seorang Kapitan Paulus Tiahahu ini di usianya yang masih remaja 17 tahun ikut andil dalam Perang Pattimur (181) bersama Thomas Matulessy. Saat tertangkap dan mengalami sakit keras, Martha Christina Tiahahu meninggal di Kapal Perang Eversten, dan jasadnya diluncurkan ke Laut Banda.
Saya melihat dua tokoh perempuan yang jarang disinggung dalam berbagai perjuangan perempuan di Indonesia ini adalah karakter dan wajah perempuan pesisir khas Indonesia. Hingga hari ini saya masih melihat karakter mereka dengan jelas dalam perjuangan para perempuan pesisir lain di pulau-pulau kecil di Indonesia. Dari tepi pantai hingga pulau-pulau terpencil di Indonesia, kita dapat melihat keberanian para perempuan dalam menjaga lautan mereka. Setidaknya sejak inisiasi Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) pada tahun 2010 oleh KIARA, semangat perempuan nelayan untuk melawan berbagai ancaman terus berkobar dengan hebatnya. KIARA sendiri telah banyak belajar dari pengalaman perempuan nelayan dalam menjaga laut mereka dari berbagai tantangan, mulai dari perampasan ruang hingga krisis iklim.
Perempuan nelayan memiliki pandangan yang unik dan holistik dalam menjaga laut mereka, sebuah perjuangan yang mereka lakukan bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk anak cucu mereka, generasi mendatang. Melihat hal di atas, maka KIARA merasa perlu dan berupaya mencatat perjuangan perempuan pesisir terutama perempuan nelayan dari berbagai daerah di Indonesia ini dalam sebuah buku untuk menjadi bukti bahwa ada perlawanan dan perjuangan hingga hari ini, meski Indonesia dibilang telah merdeka.
Kami mencatat sejarah sosok-sosok pejuang tangguh perempuan nelayan yang hingga kini masih berjuang mempertahankan ruang hidup dan identitas mereka sebagai seorang perempuan nelayan. Kami tidak ingin segala perjuangan mereka selama ini diabaikan dan melalui buku ini kami ingin memberi inspirasi semangat mereka dalam menjaga laut Indonesa. Kamilah yang mencatat sejarah “pemenang” perlawanan di wilayah pesisir perempuan nelayan. Karena merekalah pemenang sejati dan kami akan memastikannya sejarah mereka dicatat oleh yang menang, oleh perempuan nelayan dan pesisir.
Buku ini dibuat di Tahun 2024, semoga buku ini bisa memberikan inspirasi hebat untuk siapa pun yang ingin membangun gerakan perempuan nelayan yang berdaulat, mandiri dan sejahtera.
Salam Keadilan Perikanan,
Susan Herawati
Sekretaris Jenderal KIARA
Download Buku Tutur Perempuan Nelayan Untuk Menjaga Laut Indonesia pada link berikut :
https://drive.google.com/file/d/13RTY6FDmN4rPgZmHRd3f_lcS8VxJmcT-/view?usp=sharing