Habibah: Penerus Cita-cita Pitung di Teluk Jakarta

“Dulu nenek saya cerita, ada monyet sebesar kebo. Mangrovenya tinggi-tinggi, ikannya banyak banget. Lah! kalau sekarang, mana ada ikan lagi, pada abis kena limbah!” ujar Habibah sembari tersenyum menceritakan kenangan yang masih tersisa.
Terlebih lagi proyek reklamasi membuat kondisi semakin buruk lagi. Habibah pun menatap nanar ke lautnya, di mana dulu jutaan mangrove pernah ditebang habis. Kini nelayan Marunda Kepu terus berjuang melawan kemiskinan. Pembangunan tidak menyisakan apapun bagi nelayan, kecuali limbah dan kejamnya kenyataan bahwa mereka terampas dari ruang hidupnya. Berjuang Bersama Habibah yang tidak tamat sekolah pernah minder atau tidak percaya diri jika harus bercerita tentang kampungnya. Kini ia berubah. Ia terdorong untuk tampil dan berbicara di depan publik menyuarakan fakta yang terjadi di Kampung Nelayan Marunda Kepu. Si Pitung adalah idola yang dibanggakan oleh Habibah. Perjuangannya melawan kemiskinan, penjajahan dan kekerasan terhadap kaum pribumi telah begitu membekas di hati Habibah.“Kalau semuanya diem, siapa yang mau cerita soal keadaan nelayan di sini. Saya mikir sampe pusing, akhirnya saya bilang sama suami kalau mau ngajak nelayan di sini buat ngebenerin Marunda. Saya kumpulin ibu-ibu sama bapak-bapak kita ngobrol gimana ini caranya biar lebih baik hidup kita,” ujar Habibah bersemangat.
Pada tahun 2011, Habibah mulai melibatkan perempuan nelayan dan nelayan dalam beberapa pelatihan bersama KIARA dan PPNI (Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia). Habibah pun tidak pernah lelah menyuarakan aspirasinya bersama perempuan nelayan dan nelayan. Atas dedikasinya, pada bulan Maret 2013 lalu, Habibah mendapatkan penghargaan sebagai salah satu perempuan pejuang pangan yang di selenggarakan oleh Oxfam Indoensia bersama dengan Aliansi untuk Desa Sejahtera (ADS). Habibah tidak pernah kenal lelah menyuarakan aspirasi warga Marunda Kepu. Harapannya sederhana, Marunda Kepu menjadi desa pesisir yang terbebas dari reklamasi dan terbebas limbah. Mekar Baru Ia gerakkan 30 perempuan nelayan dan nelayan untuk melakukan perubahan melalui Kelompok Mekar Baru, nama kelompok yang digagas oleh Habibah. Pemilihan nama Mekar Baru didasarkan pada harapan nelayan Marunda Kepu, seperti bunga yang semakin rekah, memberi suasana dan pengharapan kehidupan yang baru. Kampung Nelayan Marunda Kepu memiliki potensi alam yang dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan ekonomi keluarga. Salah satunya adalah cangkang kerang. Di dalam Kelompok Mekar Baru, cangkang kerang diolah menjadi barang-barang yang mempunyai fungsi dan bernilai ekonomi tinggi.“Kita bikin gantungan kunci, tempat tisu, piring, banyak banget dah. Hasilnya lumayan untuk membantu keluarga-keluarga kami,” cerita Habibah mewakili kelompoknya.
Akses pasar untuk penjualan produk Kelompok Mekar Baru masih menjadi kendala. “Kami berharap dapat menemukan pasar dan pelanggan produk-produk olahan Mekar Baru. Dan lebih penting lagi, kami membutuhkan lingkungan yang bersih dan bebas reklamasi”, kata Habibah mengakhiri obrolan. Kini perempuan nelayan Marunda Kepu tengah bersemangat dengan konsep perjuangan Mekar Baru.*** (SH)